MAKALAH CATUR ASRAMA
Agama Hindu
memiliki kerangka dasar yang dapat dipergunakan oleh umat sebagai landasan
untuk memahami, mendalami, dan menagamalkan ajaran-ajarannya dalam
kehidupan sehari -hari. Kerangka dasar tersebut terdiri dari tiga unsur
yaitu Tattwa/filsafat, susila/etika, danupacara/Ritual. Ketiga
unsur kerangka dasar itu merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak
terpisahkan. Untuk dapat memahami, mendalami, dan mengamalkan ajaran
Agama Hindu secara utuh dalam kehidupan sehari-hari maka setiap umat Hindu
memiliki kewajiban menjadikan kerangka dasar sebagai pedoman. Dengan demikian,
mereka dapat mewujutkan hidup dan kehidupan ini menjadi sejahtera dan bahagia
Ethika merupakan ajaran perilaku atau perbuatan yang bersifat sistematis
tentang perilaku (karma). Menurut kitab suci hendaknya selalu mengupayakan
perilaku yang baik dengan sesamanya. Memerlakukan orang lain dengan baik
sesungguhnya adalah sama dengan memperlakukan diri sendiri (Tattwamasi).
Perilaku seperti itu selamanya patut diupayakan dan dilestarikandalam setiap
tindakan kita sebagai manusia. Setiap individu hendaknya selalu berfikir dan
bersikap profesional menurut guna dan karma.
Berdasarkan latar belakang diatas
dapat kami simpulkan rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah kali
ini, yaitu :
1.2.1. Apa Pengertian Catur Asrama ?
1.2.2. Apa Saja Bagi-Bagian Catur Asrama ?
1.2.3. Apa Contoh Penerapan Catur Asrama
Pada Zaman Modern?
Berdasarkan rumusan masalah diatas
dapat kami simpulkan tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1.3.1. Untuk Mengetahui Pengertian Catur
Asrama
1.3.2. Untuk Mengetahui Bagi-Bagian Catur
Asrama
1.3.3. Untuk Mengetahui Contoh Penerapan
Catur Asrama Pada Zaman Modern
Catur Asrama berasal dari dua kata yaitu “Catur” yang
artinya empat dan “Asrama” artinya tahapan atau jenjang. Jadi Catur
Asrama artinya empat jejang kehidupan yang harus dijalani dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai moksa. Atau Catur Asrama juga dapat diartikan
sebagai empat tingkatan hidup manusia sebagai dasar keharmonisan hidup dimana
pada tiap-tiap tingkatan hidup manusia yang diwarnai dengan adanya ciri-ciri
tugas dan kewajiban yang berbeda pada setiap jenjangan tetapi memiliki kaitan
dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan bagian lainnya.
Terdiri dari dua kata yaitu Brahma yang artinya ilmu
pengetahuan dan Cari artinya tingkah laku dalam mencari atau menuntut ilmu.
Brahmacari artinya tingkatan atau masa dimana manusia dalam usahanya menuntut
ilmu pengetahuan. Dizaman yang sudah modern seperti ini manusia atau orang
menuntut ilmu dilembaga pendidikan seperti sekolah dari jenjang Sekolah Dasar
sampai Perguruan tinggi. Berbeda dengan dizaman dahulu seorang murid menuntut
disebuah asrama dan itupun lokasinya jauh didalam hutan atau tempat sunyi.
Adapun pada masa Brahmacari ini murid tidak boleh mengumbar hawa nafsu dan
fokus untuk belajar saja.
Dalam kitab Nitisastra II, 1 masa
menuntut ilmu pengetahuan adalah maksimal 20 tahun, dan seterusnya hendaknya
kawin untuk mempertahankan keturunan dan generasi berikutnya.
Berikut ini kutipan Nitisastra
sargah V1 dengan tembang Kusumawicitra:
Taki-takining sewaka guna widya
Smara – wisaya rwang puluh ing ayusya
Tegah I tuwuh san-wacana gegon-ta
Patilaring atmeng tanu paguroken
Artinya:
Seorang pelajar wajib menuntut
pengetahuan dan keutamaan.
Jika Sudah berumur dua puluh tahun orang harus kawin.
Jika sudah setengah tua, berpeganglah pada ucapan yang baik.
Hanya tentang lepasnya nyawa kita mesti berguru.
Pentingnya Brahmacari Asrama,
disebutkan dalam Atharvaveda sebagai berikut:
Brahmacaryena tapasa, raja rastram vi raksati,acaryo brahmacaryena,
brahmacarinam Icchate
(Atharvaveda
XI.5.17)
Artinya:
Seorang pemimpin dengan mengutamakan brahmacari dapat melindungi rakyatnya,
Dan seorang guru yang melaksanakan brahmacari menjadikan siswanya orang yang
Sempurna
Sa dadhara prthivim divam ca
Tasmin devah sammanaso bha vanti
(Atharvaveda
XI.5.1)
Artinya:
Seorang yang melaksanakan brahmacari akan menjadi penompang kekuatan dunia;
Tuhan (Hyang Widhi) bersemayam pada diri seorang brahmacari
Brahmacari juga dikenal dengan istilah ” Asewaka guru / aguron-guron ” yang
artinya guru membimbing siswanya dengan petunjuk kerohanian untuk memupuk
ketajaman otak yang disebut dengan ” Oya sakti ” . Dalam masa brahmacari ini
siswa dilarang mengumbar hawa nafsu sex ,karena akan mempengaruhi ketajaman
otak.
Untuk masa menuntut ilmu, tidak ada
batasnya umur, mengingat ilmu terus berkembang mengikuti waktu dan zaman . Maka
pendidikan dilakukan seumur hidup.
Dalam kitab Silakrama , pendidikan
seumur hidup dapat dibedakan menurut perilaku seksual dengan masa brahmacari.
Dalam masa Brahmacari ini ada tiga pilihan yaitu:
Artinya tidak menikah sepanjang hidupnya artinya dia tetap
fokus untuk menuntut ilmu dan nanti akan menyebarkannya. Nah Sukla Brahmacari
ini akan melewati jenjang Grhasta Asrama atau masa berumah tangga.
Contoh orang yang melaksanakan sukla
brahmacari . Laksmana dalam cerita ramayana, bhisma dalam mahabarata, jarat
karu dalam cerita adi parwa.
Artinya hanya menikah sekali saja dalam hidupnya apapun
alasannya.
Artinya menikah lebih dari satu kali, maksimal empat kali
dan itupun harus dapat izin dari istri misalnya karena istri tidak bisa
memberikan keturunan atau istri sakit-sakitan
Adapun syarat tresna brahmacari
adalah :
·
Mendapat
persetujuan dari istri pertama
·
Suami
harus bersikap adil terhadap irtri-istrinya
·
Sebagai
ayah harus adil terhadap anak dari istri-istrinya.
Jenjang yang kedua ini artinya masa berumah tangga, tahapan
ini dilakukan dengan melaksanakan pernikahan, pada tahapan ini merupakan masa
yang penting karena menunjang hal yang lainnya. Menikah merupakan tugas suci
bagi umat Hindu. Istri merupakan partner dalam kehidupan dan seorang pria tidak
bisa melakukan Yadnya tanpa Istri. Dalam masa inilah manusia akan dilimpahkan
rezekinya dan harus mendapatkan harta dengan Dharma dan 1/10 hartanya
diwajibkan untuk kepentingan amal atau dana punia. Dalam masa berumah tangga
ini ada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan yaitu melanjutkan keturunan
atau membuat anak, membina rumah tangga artinya memberikan nafkah bagi anggota
keluarga, bermasyarakat atau ikut serta dalam suka duka masyarakat atau mulai
mebanjar dan melaksanakan Panca Yadnya.
Syarat-syarat perkawinan adalah :
·
Sehat
jarmani dan rohani
·
Hidup
sudah mapan
·
Saling
cinta mencintai
·
Mendapat
persetujuan dari kedua pihak baik keluarga dan orang tua.
Sejak itu jenjang kehidupan baru
masuk ke dalam anggota keluarga / anggota masyarakat. Menurut kitab Nitisastra.
Masa grahasta yaitu 20 tahun.
Adapun tujuan grahasta adalah :
·
Melanjutkan
keturunan
·
Membina
rumah tangga ( saling tolong menolong, sifat remaja dihilangkan, jangan
bertengkar apalagi di depan anak-anak karena akan mempengaruhi perkembangan
psikologis anak )
·
Melaksanakan
panca yadnya ( sebagai seorang hindu )
Wanaprasta terdiri dari dua kata
yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan, semak belukar dan ” prasta ”
yang artinya berjalan, berdoa. Pada masa ini dimana seorang sudah lepas dari
semua kewajiban duniawi saat masih di masa Grhasta Asrama atau sudah pensiun
dalam masa berumah tangga dengan segala kewajibannya karena untuk sanjutnya hal
itu dilanjutkan oleh keturunan yang sudah melewati masa Brahmacari Asrama dan
sedang dalam masa Grhasta Asrama. Pada masa Wanaprastha untuk saat ini mungkin
tidak harus pegi ke hutan mungkin lebih pada mengendalikan diri dan melepaskan
diri dari ikatan keduniawian, pada masa ini umur sudah tua dan sudah banyak
menjalani dan pengalaman pahit manisnya hidup dan harus menjadi bijaksana untuk
menapak ke masa berikutnya.
Manfaat menjalani jenjang wanaprasta
dalam kehidupan ini antara lain :
a.
Untuk
mencapai ketenangan rohani.
adapun filsafat tentang itu :
·
Orang
menang, tidak pernah mengalahkan
·
Orang
yang kaya karena tidak pernah merasa miskin
b.
Manfaatkan
sisi hidup di dunia untuk mengabdi kepada masyarakat.
c.
Melepaskan
segala keterikatan duniawi
Menurut kitab Nitisastra masa
wanaprasta kurang lebih 50 – 60 tahun.
Kata Biksuka berasal dari kata Biksu yang
merupakan sebutan pendeta Buda. Biksu artinya meminta-minta. Masa biksuka ialah
tingkat kehidupan yang dilepaskan terutama ikatan duniawi, hanya mengabdikan
diri kepada Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa ).
Merupakan tingkat kehidupan dimana pengaruh dunia sama
sekali sudah dilepaskan. Pada masa ini lebih banyak untuk menyebarkan ilmu
agama dengan menjadi seorang Guru atau Bhiksuka dan segala yang dilakukan
adalah berserah kepada sang Pencipta untuk mencapai moksa yang merupakan tujuan
akhir dari hidup seperti yang dijelaskan pada bagian akhir dari Catur Purusa
Artha.
Ciri-ciri seorang biksuka :
a.
Selalu
melakukan tingkah laku yang baik dan bijaksana
b.
Selalu
memancarkan sifat-sifat yang menyebabkan orang lain bahagia.
c.
Dapat
menundukkan musuh-musuh nya seperti Sadripu
-
Kama
= nafsu
-
Loba
= tamak / rakus
-
Kroda
= marah
-
Moha
= bingung
-
Mada
= mabuk
-
Matsyarya
= iri hati
2.3. Penerapan Catur Asrama Pada
Zaman Modern
Pada saat ini, asrama tak dapat dihidupkan
secara tepat sesuai dengan aturan rincian kuno, karena kondisinya telah banyak
sekali berubah, tetapi dapat dihidupkan kembali dalam semangatnya, terhadap
kemajuan yang besar dari kehidupan yang modern.
Kedamaian dan aturan akan berlaku dalam
masyarakat , hanya apabila semua melaksanakan kewajiban masing – masing secara
efektif. Penghapusan warna dan asrama akan memotong akar dari kewajiban social
masyarakat. Bagaimana bangsa dapat mengharapkan untuk hidup bila warnasrama
dharma tidak dilaksanakan secara tegar ?
a)
Murid – murid sekolah dan perguruan tinggi seharusnya
menjalani suatu kehidupan yang murni , sederhana serta focus pada mengejar ilmu
pengetahuan stinggi-tingginya.
b)
Kepala rumah tangga seharusnya menjalani kehidupan sebuah
grhasta yang ideal, ia seharusnya melaksanakan pengendalian diri, welas asih,
toleransi, tidak merugikan, berlaku jujur,dan kewajaran dalam segala hal.
Selain itu, dengan berbekal ilmu dan keterampilan yang memadai yang didapat
pada masa brahmacari, seseorang diharapkan mendapat profesi menjanjikan sesuai
dengan keahliannya atau bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Melalui media itu umat dapat mencari artha dan kama yang didasarkan atas
dharma.
c)
Sementara pada saat menapaki kehidupan wanaprasta, umat
sesungguhnya dituntun untuk mengasingkan diri dari hal-hal yang berbau
keduniawian. Dulu, menapaki hidup wanaprasta umat pergi ke hutan untuk
menyepikan diri. Tetapi dalam konteks sekarang, ”hutan belantara” itu berada di
tengah-tengah kita. Agar umat mampu menghindari diri dari kobaran api hawa
nafsu, yang memang memerlukan pengendalian diri.
d)
Pada tahapan bhiksuka atau sanyasin, umat sangat baik
mendalami hal-hal yang bernuasa spiritual untuk mendekatkan diri dengan Sang
Pencipta, dan diharapkan umat sudah harus mampu mengendalikan diri dari hawa
nafsu dan keinginan duniawi dan dapat menjauhkan diri dari sifat dan musuh yang
ada dalam diri seperti sad ripu, sapta timira, sad atatayi, tri mala serta yang
sejenisnya.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Catur Asrama artinya empat jenjang kehidupan yang
harus dijalani untuk mencapai moksa atau Catur Asrama adalah empat
tingkatan hidup manusia sebagai dasar keharmonisan hidup dimana pada tiap-tiap
tingkatan hidup manusia yang diwarnai dengan adanya ciri-ciri tugas dan
kewajiban yang berbeda pada setiap jenjangan tetapi memiliki kaitan dan tidak
bisa dipisahkan antara satu dengan bagian lainnya.
Bagi-bagiannya yaitu ; Brahmacari Asrama (Masa
menuntut ilmu pengetahuan), Sukla Brahmacari (Tidak menikah), Sewala Brahmacari
(Menikah Sekali), Kresna Brahmacari (Menikah lebih dari sekali), Grhasta Asrama
(Masa berumah tangga), Wanaprastha Asrama (Mengasingkan diri ke hutan), dan Bhiksuka/Sayasin
(Bebas dari ikatan duniawi)
Kriana,Made.2015.”Pengertian
Catur Asrama Dan
Bagiannya”.http://www.akriko.com/2015/09/pengertian-catur-asrama-dan-bagiannya.html.Di
akses pada Selasa,25 Oktober 2016
Supeksa,
Ketut.2015.”Pengertian Dan Penjelasan Catur Asrama Dalam Hindu”.http://www.pecintaipa.info/2015/11/pengertian-dan-penjelasan-catur-asrama.html.Di
akses pada Selasa 25 Oktober 2016
Fendi,
Ajus.2013.”Catur
Asrama”.http://belajaragamahindus.blogspot.co.id/p/catur-asrama.html.Di
akses pada Selasa 25 Oktober 2016
Jutak,
Joe.2014.”Brahmacari – Catur
Asrama”.http://cakepane.blogspot.co.id/2014/12/brahmacari-catur-asrama.html.Di
akses pada Sabtu, 29 Oktober 2016
Komentar
Posting Komentar